Paham Realisme Hukum Forex


FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani 8220philosophia8221 dan 8220philosophos8221. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. dalam membahas filsafat akan banyak di jumpai berbagai aliran, yang mana saling ada keterkaitan dan ada pula yang saling bertentangan, meskipun demikian semuanya bukanlah untuk dipertentangkan justru dengan banyaknya aliran atau paham yang Sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya. Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti penyelesaian masalah yang sederhana misalnya, kita bisa menggunakan logika klasik, untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa menggunakan paham rasionalisme, dan untuk persoalan yang kompleks kita dapat menggunakan teorinya idealisme (dialektika) . Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, juga merupakan untuk mengetahui serta memahami tentang aliran idealismo dan realisme dalam filsafat pendidikan. Dan juga mengetahui implikasi kedua aliran ke dalam pendidikan serta mencoba menuangkan informasi yang didapat ke dalam sebuah tulisan. 2.1 Aliran idelalisme 2.1.1 Pengertian dan Konsep dasar Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), Sidrates muridos. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap ole panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia ideia. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idéia. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan ideia. Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan ideologia adalah gambaran dari dunia, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idéia adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material Plato yang memiliki filsafat beraliran idealismo yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masing - masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Berkaitan dengan kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari. Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa kenyataan (realita) yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran dari ide-ide yang ada didalam jiwa atau spirit manusia. Idealism berorientasi kepada ide-ide, kepada jiwa, kepada spiritualitas, kepada hal-hal yang ideal (serba cita), kepada norma-norma yang mengandung kebenaran muthlak dan kesedian berkorban serta kepada personalitas (kepribadian) manusia. Dalam idealisme terbagi dua realitas yaitu a. Yang tampak: apa yang kita alami setiap hari, yang mengakami perubahan, dimana ada dua kutub yang saling berlawanan. Disini terdapat ketidaksempurnaan, ketidakteraturan, alam kesulitan b. Alam realitas: merupakan alam yang ideal, mais do que murni dan adanya keteraturan. Dari kedua alam tersebut nyatalah bahwa alam ideal merupakan yang berisi kemutlakan, beti, murni, dan suci. Tetapi, alam ini sangat berbeda dari yang tampak, dimana dalam ala mini kesempurnaan bertahta, yang tidak perlu mengalami perubahan. Penetapan ini menyatakan bahwa alam pikiran itu lebih tinggi daripada alam dunia. 2.1.2 Ideia de Dunia sebagai Hegel berpendapat bahwa segala realitas adalah perlombaan yang bergerola yang bergerak dari macam perentangan seperti siang dan malam. Pertentangan ini merupakan wujud dari dialektika alam (yang muncul berulang kali dalam sifat dan alam manusia). Menurt hegel, idéia de setiap Plato mempunyai anti thesisnya sendiri, idéia bukan hanya tempat statis melainkan bergerak. Hegel memakai tiga thesis yaitu: síntese de antítese menerangkan apa yang dimaksudkan. Contohnya seseorang hidup untuk dirinya sendiri, dan diadu dengan antithesinya yaitu bahwa seseorang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Ini menimbulkan pemecahan masalah (síntese). Yang bunyinya: seseorang bisa memenuhi hidupnya dengan memenuhi tanggung jawab terhadap orang lain. Dengana cara ini kita akan dapat memahami sejarah dengan baik, kata hegel. Paham filsafat idealismo pada abad ke-20 ini berpengaruh besar dikalangan ahli piker Jerman, sehingga muncullah bermacam-macam idealismo yang mempunyai corak khusus berupa: a. Idealismo subjektif yang beranggapan bahwa individual manusia itulah yang menjadi produsen (penghasil) dari pada kenyataan. Roh manusialah yang menentukan proses kenyataan itu. Tokoh nya adalah Berkely. B. Idealisme objektif yang beranggapan bahwa roh manusia hanyalah merupakan bagian dari 8220roh umum8221 yang menggerakkan alam kenyataan ini sehingga jiwa individual itu tidak berfungsi lagi dalam proses timbulnya kenyataan itu, karena roh umum iti bersifat transedental (menembus, mengatasi segalanya) atau disebut olean Imanuel Kant sebagai Buswastein Uber haupt yang bersifat boven individual. Jiwa individual lenyap dalam roh umum itu. C. Idealisme Rasionalistis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia. Hakikat manusia adalah kesanggupannya untuk berfikir. Aristoteles sebagi salah satu tokohnya membeda-bedakan antara jiwa vegetativo, animal e humano. Jiwa human itu menunjukkan cirri khas kesanggupan manusia untuk berfikir yang disebut Nous atau budi. Tokohnya antara lain Hegel, berpendapat bahwa nous atau budi atau rohani itu bukanlah sesuatu yang dimilki oleh setiap manusia. Tatpi manusia menjadi alat naous. D. Idealismo yang Ethis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal yang praktis, akal teoritis dan yang etis. Tokonya anatara lain. Imanuel Kant pernah mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat diperalat kecuali manusia. Manusia sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan bagi dirinya sendiri. Bagi Kant hokum asusila namorando dari budinya sendiri bukan dari luar. E. Idealisme yang Aesthetis yang menyatakan bahwa kenyataan ini adalah sebagai hasil dari seni dalam arti sepenuhnya. Juga memandang bahwa hakikat manusia adalah persaan. Tokohnya Wilhelm Von Humboit. F. Idealisme Religius dalam pandangannya tentang kenyataan ini didasarkan atas ajaran agama seperti isalm, Kristen, dan yahudi. Dalam idealismo ini kepercayaan menjadi hakikat manusia. Menurut Plato, manuscrito itu dengan erosnya senantiasa ingin menuju kearah idéia-idéia yang bersifat rohani. Kehidupan yangoteti hanya ditemukan dalam idéia dimana Tuhan merupakan idea tertinggi. Bagi orang idealistini, manuscrito ini adalah makhluk tuhan yang mempunyai kemauan bebas (vontade livre) dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya. 2.1.3 Idealisme dan filsafat pendidikan Ideaisme sangat about tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposição secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan espiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealismo pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manuscrito dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas espiritual. Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk espiritual. Mereka yang menganut paham idealismo senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk espiritual. Tentu saja, modelo pemikiran filsafat idealismo ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealismo biasanya berkeyakinan bahwa espiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya espiritual. Sejak inilah paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pendidikan idealismo untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidtu lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manuscrito yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealismo harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang livro de texto. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual. 2.1.3 Pengaruh idealisme dalam pendidikan Dalam proses pendidikan, kaum idealis mengingikan agar pendidikan jangan hanya merupakan masalh pengembangan atau menumbuh kembangkan, melainkan harus digerakkan kearah tujuan, yaitu suatu tujuan dimana nilai telah direalisasikan kedalam bentuk yang kekal tidak terbatas. Nilai-nilai pendidikan, menurut kaum idealis adalah penglahiran (cetusan) dari susunan atau sistema yang kekal abadi yang memiliki nilai-nilai dalam dirinya sendiri. Poder (1982: 89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut. 1). Tujuan Pendidikan. Pendidikan formal e informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial 2). Kedudukan Siswa. Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnyabakatnya. 3). Peranan Guru. Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa 4). Kurikulum. Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memproleh pekerjaan 5). Metode. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan Dalam paham aliran idealismo guru berfungsi sebagai: 1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar (4) Guru harus menjadi teman dari para muridnya (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar (7) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani ole mu para murídio (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa ( 8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya (11) Tidak Hanya Murid, guru trocadilho Harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengem Bangkan demokrasi (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana chateado keadaannya. 2.1.4 Pendidikan Idealisme dalam PLS (pendidikan luar sekolah) Dalam PLS dikenal adanya prinsip yang digunakan a. Programa tujuan PLS pertama-tama harus difokuskan pada pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik. Pada tahap selanjutnya programa pendidikan tertuju kepada pengembangan bakat dan kebaikan sosial. Peserta didik digali potensinya untuk tampil sebagai individuo berbakatberkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan masyarakat. B. Kurikulum pendidikan PLS dikembangkan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan praktis. Kurikulum diarahkan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan umum. Di samping itu kurikulum juga dikembangkan untuk mempersiapkan keterampanan bekerja untuk keperluan memperoleh mata pencaharian melalui pendidikan praktis. C. Metode pendidikan dalam programa PLS disusun menggunakan metode pendidikan dialektis. Meskipun demikian setiap metode yang dianggap efektif mendorong belajar dapat pula digunakan. Pelaksanaan pendidikan cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam belajar. D. Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidikan bekerjasama dengan alam dengan proses pengembangan kemampuan ilmiah. Oleh karena itu tugas utama tenaga pendidik adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan efisien dan efektif. 2.2.1 realismo paternalista Realismo adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluir kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa. Zat merupakan dasar segala benda, yang disebut aristoteles asas potensial karena zat itu bisa menjadi apa saja. Zat dan bentuk harus dipisahkan. Akan tetapi dalam dunia ini keduanya tidak dapat dipisahkan. Menurtunya dunia bukanlah yang samar tetapi nyata dan kita alami. 2.2.2 Konsep dasar realisme a. Metafisika-realisme Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialismo) kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme) b. Humanologi-realisme Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir. C. Epistemologi-realisme Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan manuscrito gagasan, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta. D. Aksiologi-realisme Tingkah laku manuscrito diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih renda diurve kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan. 2.2.3 Realisme yang berlandaskan ilmu pengetahuan Dunia ibaratakan seperti mesin yang tidak terjadi secara kebetulan, akan tetapi sengaja dibuat. Manusialah yang merupaka pengamatnya. Apabila pengamatannya berguna, bernilai dan bertjuan maka dapat dikatakan sebagai ilmuan. Dan kerteraturan dapat dilihat, adanya perubahan kimiawi dan dapat di ungkapkan dengan tegas maka dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan telah dapat menyingkapkan suatu penemuan ilmu yang baru. Dalam masalah manusia adanya hukum berlaku, dalm maslah etika adanya hukum moral do naturalismo masih merupakan kandungan dari realisme Lebih lanjut pandangan aliran realisme sebagai berikut. uma. Objek (dunia) luar ini adalh nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak tergantung dari macam jiwa apapun. B. Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak dihadapan munusia. C. Benda yang sesungguhnya baru dapat diketahui dengan cara-cara langsung atau tidak langsung melalui penelitian. D. Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang sesungguhnya, bila ide tersebut merupakan pengetahuan yang tepat. E. Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu hasil pertemuan antara jiwa dan benda. Dalam realisme ada dua macam yang berkembang yaitu New Realisme dan Realisme Kritik. Novo Realisme berpendapat bahwa manuscrito dapat mengetahui sesuatu sabagaimana ia Nampak oleh indera - indera, jadi pengalaman merupakan factor yang penting. Sedangkan Realisme Kritik berpendapat bila suatu sesuatu itu dapat diketahui dengan cepat dan betul sebagaimana adanya, mengapa masih dapat timbul kesimpangsiuran, ilusi dari kenyataan. Untuk itu diajukan pendapat, bahwa untuk mengetahui kenyataan, setidaknya di dunia ini ada dua entitas, yaitu benda-benda materil dan keadaan jiwa atau ide. Cara kerja entitas ada tiga bagian meliputi. 183 Orang mengetahui 183 Objek yang menjadi sasaran untuk diketahui 183 Dados indera sebagai dasar penyimpulan. Dalam sumber lain disebutkan bahwa realismo ada dua golongan utama, yaitu realismo alam dan realismo rasional. Realisme alam menolak adanya dunia espiritual de mengatakan bahwa keberadaan dunia espiritual itu tidak dapat dibuktikan, sehingga hal itu secara filosofis menjadi tidak penting. 2.2.4 Pengaruh realisme dalam pendidikan Menurut realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manuscrito de Berbeda Dalam Derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat. Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajanya untuk mengahayati kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima tanggung jawab yang wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama dari pendidikan. Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: (1) a. Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. B. Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis c. Metodo: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis e psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan. D. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handel dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik e. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan den kars menuntut prestasi peserta didik. 2.2.5 Pendidikan realisme dalam PLS prinsip-prinsip yang dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Programa de tujão pendidikan PLS terfokus agar peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup. Desarmando itu, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyaraka b. Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja. C. Semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap dan berurutan. Pembiasaan (pengkondisian) merupakan sebuah metode pokok yang dapat dipergunakan dengan baik untuk mencapai tujuan pendidik d. Dalam hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek. Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting dalam belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebaikkan. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampanan teknik-teknik pendidikan dengan kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan kepadanya. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang dan juga merupakan sebagai sutau sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Begitu juga dalam pendidikan, manusi butuh akan pendidikan untuk aktualisasi menuju kehidupan yang bahagia. Dalam pendidikan banyak hal yang harus di perhatikan, dan membutuhkan telaahan dari filsafat. Dalam filsafat pendidikan digunakan berbagai aliran yang pertama yaitu idealisme yang menekankan pada upaya pengembangan bakat dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang dimilikinya. Kegiatan belajar terpusat pada peserta didik yang dikondisikan oleh tenaga pendidik. Dan yang kedua aliran filsafat realisme menekankan pada pembentukan peserta didik ágar mampu melaksanakan tanggung jawab sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan dukungan kurikulum yang komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur di bawah arahan oleh tenaga pendidik. keduanya tidak perlu dipertentangkan, tetapi dapat dipilih atau dipadukan untuk menemukan aliran yang sesuai dalam melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain idealisme ataupun realisme pendidikan dapat diterapkan tergantung konteks dan kontennya. Untuk selanjutnya diperlukan upaya untuk memilih mana yang sesuai atau memadukan konsep, prinsip serta pendekatan aliran-aliran tersebut pada kerangka konseptual pendidikan. Dalam hal pendidikan diharapkan dapat menuangkan landasan filosofis dari setiap aliran filsafat dalam semua keputusan serta proses pendidikan. Sesuai tuntutan profesionalisme, praktisi pendidikan harus memahami landasan filosofis pendidikan yang berpadu dengan ilmu pendidikan untuk mengembangkan teori dan praktek pendiikan. Desarmando o idealismo do realismo masih terdapat banyak aliran filsafat lainnya yang melandasi teori pendidikan, yang perlu dipadukan lagi yang implmentasinya kepada pendidikan. Amri, amsal. 2009. Studi filsafat pendidikan. Banda aceh: yayasan pena Mudyaharjo, redja. 2006. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT. Raja grapindo persada. Suhartono, suparlan. 2005. Sejarah pemikiran dan filsafatmodern. Yogyakarta: ar-ruzzi Achmadi, asmoro. 2003. Filsafat umum. Jakarta: PT. Raja grapindo persada Praja, juhaya. 2003. Aliran filsafat dan etika. Jakarta: prenda media Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Soelaiman, Darwin. Filsafat pendidikan barat. Darussalam: imprensa da universidade de Syiah Kuala Alhamdulillah, atas rahmat dan berkah Allah SWT kami dapat mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Walaupun masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, tapi berkat ketekunan dan usaha yang giat sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Suatu studim pembelajaran bagi kami dengan mengerjakan tugas ini, sehingga dapat meningkatkan daya nalar khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini merupakan salah satu proses belajar yang sangat berharga dan dapat meningkatkan keterampan serta pemikiran dan sikap ilmiah. Lagipula dapat menambah wawasan pemahaman yang lebih baik dengan pendekatan teoritis praktis. Dengan adanya tugas dari pembimbing maka kami akan selalu siap menerima sajian materi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. Karena kami adalah pelajar yang senantiasa mengikuti tata tertib dan taat pada pembimbing. Kami ingin jadi seseorang yang berkualitas dan akan kami torehkan setetes embúcido segar pada orang tua dan agama. Karena itu, kami sangat berbahagia diberikan tugas dan dapat mengerjakannya dengan bagus sebagai indikator kami ingin menguasai pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Kami selalu merenungkan kapan tugas kami selesai, karena kami tahu semua itu adalah jalan untuk menimba ilmu pendidikan. Tugas ini kami lakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk dan panduan dari pembimbing. Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk untuk mengkaji pendidikan dengan berbagai aspek programnya. Juga terima kasih kepada teman-teman yang telah bersama-sama saling membantu dalam berbagai situasi dan kondisi. Demikian tugas ini kami buat dengan sungguh-sungguh, semoga dapat bermanfaat bagi para pelajar, mahasiswa dan pembaca yang budiman. Makassar, 07 de dezembro de 2010 1. Latar Belakang Perkembangan kehidupan saat ini merupakan faktor utama banyaknya hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki keterikatan dengan filsafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian manusia sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya menjangkau kawasan paling ideal dan baik seperti mandiri dan berguna (UU No. 20 Tahun 2003), dewasa (Langevel), atau insan kamil (Atiyah al-Abrasy). Ilmu pengetahuan hanya menjadi mungkin jika keteraturan yang dibahas melalui hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan dalam pendidikan dapat dikatakan mengkaji dan menghubungkan semua keterauran yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana dan Mengapa. Namun, khusus untuk kasmologi, pertanyaan Mengapa ini memiliki titik tertentu pada kesulitan yan luar biasa. Sehingga formulasi tujuan pendidikan merupakan persoalan yang mendasar, sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini juga kemudian lahir aliran-aliran dan pemikiran yang berbeda pada para ahli dalam filsafat pendidikan. Salah satu di antara beberapa aliran filsafat pendidikan tersebut adalah Naturalisme. Apa saja pemikiran para ahli tentang perkembangan Naturalisme Lantas Bagaimana mengapalikasikan pemikiran filsafat Naturalismo tersebut terhadap perkembangan anak serta memaparkannya dalam pendidikan Islam Dua pertanyaan ini layak dialamatkan kepada aliran filsafat pendidikan ini. 1.1 Rumusan Masalah Berpangkal dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dianggap perlu untuk mengembangkan suatu strategi. Dengan demikian dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. A. Apa pengertian dari Naturalisme B. Apa sajakah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang aliran Naturalisme C. Apa sajakh jenis-jenis aliran yang berperan dalam perkembangan anak D. Bagaimana hubungan dan pengaruh aliran naturalisme terhadap perkembangan anak E. Bagaimanakah p erbandingan antara aliran Naturalisme dengan realitas yang terjadi dewasa ini F. Perbedaan Pandangan yang diadakan dalam Naturalisme mengenai umum a alaman G. Bagaimanakah pandangan islam islam is a alanan naturalisme Secara garis besar, tujuan pokok yang harus dicapai dalam pembahasan materi ini adalah untuk mengetahui paham-paham pernah berkembang tentang pendidikan Itu sendiri dan membandingkannya dengan realitas yang terjadi di sekeliling kita. Ada pula tujuan yang lain, yaitu untuk menambah wawasan serta latar belakang akan pendidikan. Secara umum, penyusunan materi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penyusun materi yang lain. Hasil penyusunan ini terutama diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran mata kuliah pengantar pendidikan. Secara khusus, hasil penyusunan materi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam meninjau kembali mengenai perkembangan manusia Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kehendaknya penulisan makalah ini dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Dalam penyajian makalah ini selalu diawali dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam setiap kegiatan pendidikan. Dalam aspek pendidikan, aliran naturalisme menganut paham bahwa proses dan kegiatan pendidikan serta pendidik tidak begitu memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak didik. Karena pada dasarnya setiap anak yang terlahir ke bumi ini memiliki pembawaan dan kecenderungan yang baik. Sehingga jika diserahkan melalui proses pendidikan, dikhawatirkan benih kebaikan tersebut akan rusak oleh lingkungan. Seharusnya pendidikan sesuai dengan usia, karakteristik dan kepribadian anak didik. Dengan demikian, proses pendidikan terhadap anak tertata dengan baik. Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, masih memiliki banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Untuk itu, kami akan selalu siap untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Demikian tugas ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan dapat membawa dampak positif dan merupakan latihan belajar yang cukup berarti dalam kehidupan masa modern nantinya. Akhirnya kami berharap kepada pembimbing, bimbinglah dan temanilah daku selalu tuk menapak seluk beluk dunia pendidikan. Thank you very much Learning long life. Makassar, 07 Desember 2010 Naturalisme memiliki beberapa pengertian, berikut beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yaitu: v J. J Rousseau (perancis, 1712-1778) Dengan aliran ini naturalismnya, ia berpendapat dalam buknya Emile: bahwa 8220semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk ditangan manusia8221. v Schopenhauer (jerman, 1788-1860) Berpendapat bahwa 8220semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik itu tidak ada seorang anak pun yang lahir dengan pembawaan buruk8221. Aliran ini disebut juga negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali kelingkungannya(alam). Dengan kata lain anak tidak memerlukan pendidikan tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik, terhadap anak didiknya adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik tidak menjadi rusak melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rousseau bahwa 8220anak perlu dijauhkan dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas dan ia juga mengusulkan dengan adanya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan, kecenderungannya. Menurutnya pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak-anak karena dapat menjauhkan dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala hal yang baik yang telah diberikan oleh tangan sang pencipta di atas8221. Dalam hubungannya dengan pendidikan dan perkembangan manusia, Schopenhauerjuga berpendapat bahwa 8221hasil akhir dari pendidikan dan perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaannya sejak kelahiranya. Lingkungan tidak berpengaruh sama sekali terhadap pendidikan dan perkembangan anak didik itu. Ia juga berkata 8220yang jahat akan menjadi jahat dan baik akan menjadi baik8221. Berbeda dangan pendapat kedua ahli tersebut, dalam ajaran islam, pandidkan sangatlah diperlukan bagi setiap anak, sebagaimana yang dikutip dalam sebuah ayat Ai-qur8217an yang menyatakan bahwa 8220hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka8221dimana nilai berusaha menyampaikan kepada akan pentingnya sebuah pendidikan, khususnya pendidikan moral, akidah dan akhlak untuk setiap anak agar anak-anak bisa terhindar dari pergaulan bebas yang dapat menjerumuskan anak-anak terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Damana tenaga pendidik yang paling berperan dalam memberikan pendidikan itu adalah orang tua dan guru, karena merekalah yang mampu melakukan pendekatan yang baik dengan anak. Salah satu contoh adalah seorang anak yang jauh dari pengawasan orang tuanya, maka anak itu akan cenderung terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan hal-hal diluar norma-norma agama. Karena disebabkan kurangnya kontroldan pendidikan agama atau siraman rohani yang diperoleh dari orang tuanya sehingga dapat dengan bebas melakukan tindakan yang melanggar norma-norma khususnya norma agama. Jadi dengan kata lain pendidikan sangatlah diperlukan untuk setiap anak khususnya pendidikan moral, akidah dan akhlak. Karena pendidikan dalam bentuk seperti itu sangat mempengaruhi pola tingkah laku individu dalam kehidupan kesehariannya. THEORY TENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA Jika ditinjau dari segi bahasa, naturalisme berasal dari dua kata, yaitu natural yang artinya alami dan isme yang artinya paham. Maksudnya adalah bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorang pun terlahir dengan pembawaan yang buruk. Dalam aspek pendidikan, aliran ini menganut paham bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak didik itu akan berproses dengan sendirinya. Jadi proses pendidikan dan pendidik tidak berpengaruh bahkan tidak diperlukan dalam perkembangan anak didik. Karena fitrahnya, setiap anak telah memiliki pembawaan yang baik dalam dirinya sejak lahir, sehingga apabila diserahkan melalui proses dan kegiatan pendidikan, maka dikhawatirkan anak didik akan terkontaminasi dengan hal-hal buruk yang ada di sekitarnya. Jadi, pada intinya paham naturalisme ingin menjauhkan anak didik dari segala keburukan yang ada di sekitarnya. Dan membiarkan kebaikan yang telah tertanam dalam diri setiap anak didik tumbuh dan berkembangsecara alamiah, spontan dan bebas. Anak didik tidak perlu terhubung dengan masyarakat luas, karena hal ini dapat memberikan aura negatif dalam dirinya dan mengacaukan benih kebaikan yang telah tertanam dalam dirinya. Melainkan anak didik deibiarkan bermain secara bebas dan berinteraksi secara alamiah. Dengan demikian, segala pembawaan, kemampuan dan kecenderungan anak didik dapat berkembang dengan bebas dan hebat. Karena setiap anak memiliki potensi yang unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa yang akan datang. Meskipun demikian, menurut Rosseau proses dan kegiatan pendidikan dapat diberlakukan pada anak didik. Namun harus diperhatikan bahwa pendekatan naturalistik untuk pendidikan harus memenuhi sifat anak, maksudnya adalah bahwa pendidikan harus beradaptasi dengan perkembangan kepribadian anak. Menurutnya untuk memanggilatau meningkatkan pendidikan anak haruslah menghormati kepribadian anak. Karena setiap anak memiliki kualitas khusus sendiri yang menentukan temperamen kemampuan dan berkarakter, temperamen atau haru diubah dan pembatasan, atau harus dikembangkan dan ditingkatkan. Di samping itu, Rosseau menyalahkan pendidikan. Menurutnya, anak-anak seperti diberlakukan dan dipaksa menjadi seseorang yang dewasa. Seharusnya, anak-anak menilai dan mempertimbangkan sendiri, mencari dan mengolah sendiri, bahkan melakukan semuanya sendiri. Selanjutnya, menurut Rosseau pendidikan harus mengikuti usia anak berdasarkan karakteristiknya. Dengan demikian, dalam periode yang berbeda tingkat focus anak terhadap pendidikan berbeda sesuai dengan usia dan kepribadiannya. Sehingga bagi anak didik sangat mudah di adaptasi ke dalam kepribadiannya. Namun, secara realitas yang terjadi dewasa ini, yang terjadi di lingkungan nyata sangatlah bertolak belakang dengan paham tersebut. Proses dan kegiatan pendidikan serta tenaga pendidik tak ubahnya berperan sebagai mediator dan fasilitator utama bagi anak untuk bisa berkembang dan maju pesat, mengasah potensi yang ada dalam diri anak menuju kualitas yang terbaik. Meskipun pada dasarnya anak sendirilah yang berperan penting bagi kemajuan dirinya, yang bekerja aktif untuk menyongsong bakat yang ada dalam dirinya. Pendidik hanyalah bertugas mengarahkan anak didik sesuai bakat dan potensi yang dipancarkan dari dalam dirinya. Dan sebagai sumber motivator sekaligus inspirator bagi anak untuk mengembangkan kepribadiannya secara logis. Dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari 2 kata, yakni Natural. Alami Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham Alami. Maksudnya, bahwa setiap manusa yang terlahir ke Bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk. B. Pendapat Para Ahli tentang Aliran Naturalisme Pendapat para ahli tentang Aliran Naturalisme, yaitu J. J Rosseau (Prancis, 1712-1778) Dengan aliran naturalismenya, ia berpedapat dalam bukunya Emile: bahwa 8220Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. Schopenhauer (Jerman, 1788-1860) Berpendapat bahwa, 8220semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorang pun yang lahir dengan pembawaan buruk.8221 Aliran ini disebut juga aliran negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali kelingkungannya (alam). Dengan kata lain, anak tidak memerlukan pendidikan tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya adalah menyerahkannya ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak melalui proses kegiatan pendidikan itu. C. Jenis-Jenis Aliran yang Berperan pada Perkembangan Anak Anak merupakan obyek utama dari pendidikan dan di dalam anak mempunyai pembawaan yang disebut bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut 1. Aliran Nativisme Perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya. 2. Aliran Naturalisme (JJ Rousseu) Anak itu lahir sesuai dengan alamnya sendiri. 3. Aliran PredestinasiPredeterminasi 8220Aliran Naturalisme Tentang Perkembangan Manusia8221 Naturalisme berasal dari kata 8220NATURE8221. Kadang mendefinisikan 8220NATURE8221 hanya dalam makna dunia material saja. Sesuatu selain secara fisik secara otomatis menjadi 8220SUPRA NATURAL8221 tetapi dalam realita, alam terdri dari alam maerial dan alam spritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era pencerahan. misalnya memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal dan pondasi keenaran. Ia tidak memperlawankan material dengan spritual, istilah itu mencakui bukan hanya alam fisik akan tetapi juga alam intelektual dan moral. Salah satu ciri yang paling menakjubkan darialam semesta adalah keteraturan. Benak manusia sejak ri, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaanya di dalam alam semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri anya menjadi mungkin hanya karena keteraturan tersebut yang kemudian di bahasakan melalui hukum-hukum matematika. Tugas lmu pengetahuan umumnya dapat di katakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua keteraturan yang teramti. Ilmu pengetuhuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Namun, khusus untuk kasmologi, pertanyaan mengapa ini titik tertentu mengalami kesulitanyang luar biasa. Sebagai suatu telaah mengenai alam semesta, kosmologi abad ke-20 yang di kenal selama ini berkembang dan di terima sebagai sistetis besar di berbagai cabang ilmu pengetahuan alam. Kosmologi ini berupaya memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenaistruktur spasial, temporal, dan komposisional alam semesta skala besardengan makud mempersatukan tampilan dan sifat alam semesta teramati ke dala suatu hipotesis yang akan mendefinisikan dan mengartkan struktur dan evolusinya. Kosmologi, mengalama kemajuan yang luar biasa pesat terutama arena dukungan kecanggihan piranti pengamatan astronomis. serta laborotorium fisikah sarah yang mampu menyediakan 8216ruang waktu8217 mirip masa lampau alam semesta ini. Sementara teori-teori fisika kontenporer menydiakan tetapan-tetapan dasar yang memunginkan perilaku berbagai tampilan alam semesta dalam skala yang berbeda-beda kian di mengerti. Fahaman-fahaman yang di ajarkan yaitu 1. Plato 427-347 SM Salah satu analisis dasar adalah peredaan yang nyata antara gejala dan bentuk ideal eidos, di mana plato berpendapat bahwaberpandagn bahwa di smping dunia fenomen yang keihatan, tardapat suatu dunia lain, yakni dunia eids tidak kelihatan Aristoteles menyatakan bahwa makhluk hidup di dunia ini terdiri atas 2 prinsip, yakni. uma. Prinsip formal, yakni bentuk atau hakkat adalah apa yang mewuudkan makhluk hidup tertentu dan menentukan tujuanya. B. Prinsip material, yakni materi adalah apa yang merupakan dasar semua makhluk. uma. Kejadian dianggap sebagai kategori pokok, bahwa keadian merupaka hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata, pasti termasuk dalam kategori alam. B. Yang nyata pasti ada yang bereksistensi, sesuatu yang di anggap terdapatdi luar ruangan dan waktu tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang di anggap tidak mungkin di tangani dengan menggunakan metode-metode yang di gunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan kenyataan. C. Analisa terhadap ejadian-keadan, bahwa faktor-faktor penyusun sengenap kejadia ialah protes, kualitan dan relasi. D. Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu. Bahwa seenap kejadian baik kerohanian, kepribadian dan sebaganya dapat d luksikan kategori-kategori proses, kualitas dan relasi. Tugas Individu. Pengantar Pendidikan NIM. 10536 03859 10 Naturalisme adalah posisi filosofis yang menyatakan bahwa semua yang ada adalah alam dengan kata lain, merupakan bagian dari spatio 8211 proses temporal alam - atau, bahwa jika ada semacam objek nonnatural mungkin ada, diketahui hanya melalui dampaknya dalam alam. Segala sesuatu yang bisa dialami adalah dalam statio urutan temporal alam. Sebagai sistem proses alam, alam memiliki tingkatan keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan. Juga bisa sebagai nilai moral yang mengekspresikan keseluruhan. Perbedaan pandangan yang diadakan dalam naturalisme mengenai kerakter umum dari alam. Naturalisme reduksionistik, yang didominasi selama 18, dan 19 anad 17, menyatakan bahwa samua benda alam direduksi untuk objek yang ditandai dengan ilmu fisik nature. Alam adalah sistem ditentukan dan manusia, sebagai bagian dari alam ditentukan nilai tadak nyata. Naturalisme Kontemporer, bagaimanapun menyatakan bahwa semua benda yang berpengalaman dan kualitas sama - sama nyata dalam alam. Kategori - kategori ilmu pengetahuan jangan dibuang ke realitas alam. Kekayaan, karagaman, spontanitas dan dimensi nilai yang ada dalam alam yang menghindari kategori dari ilmuan fisik tetapi yang segera berpengalaman dalam interaksi manusia dengan alam. Sebagai bagian dari alam, manusia nyata spontanitas dan kebebasan. Metode ilmiah, sebagai metode penyalidikan alam, adalah cara menangani setiap konten yang menyatakan dirinya di dalam alam. Anak merupakan obyek utama dari pendidikan dandi dalam anak mempunyai pembawaan yang di sebut Bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut: 1. Aliran nativisme 8220perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya8221. 2. Aliran naturalisme (JJ Rousseu)8221anak itu lahir dengan sifat - sifatnya sesuai dengan alam sendirinya8221. 3. Aliran predestinasi predeterminasi8221perkembangan anak ditentukan oleh nasibnya8221. Sedangkan aliran lingkungan berperan pada perkembangan adalah sebagai berikut: a. Teori tabularasa (John Lock). 8220anak dilahirkan dalam keadaan bersih, tidak ada pembawaan apa - apa seperti sehelai kertas yang kosong8221. B. Emanual kant 8220manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan, oleh karena itu berarti bahwa pendidikan sanggup membuat manusia yang bagaimana saja8221. Menurut Wilhelm yang terkenal danga teori konvergensinya 8220perkembangan anak itu tidak hanya di tentukan oleh pembawaannya saja dan juga lingkungan saja. Aspek perkembangan anak sejak ia dibentuk hingga mencapai kedewasaan diantaranya. perkembangan motorik, ingatan, pengamatan dan inovasi, perkembangan berpikir dan kpribadianserta kedewasaan. Dalam suatu pendidikan terdapat suatu lingkungan yang biasa kita sebut tri pusat pendidikan, yaitu: 183 Lingkungan keluarga: merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam anak pertama - tama mendapatkan didikan dan bimbingan. 183 Lingkunga sekolah: merupakan bagian dari pendidikan dalamkeluarga dan merupakan lanjutan pendidikan dalam keluarga serta merupakan jembata bagi anak yang menghubungkan kehidupan keluaraga dengan masyarakat. 183 Lingkungan masyarakat: apabila anak tidak di bawah penguasaan orang tua dan anggota keluarga yang serta tidak di bawah pengawasan guru dan petugas sekolah yang lain. Lingkunga ini tidak berperan dalam mendidik hanya memberi pengaruh. Selain lingkungan di atas dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Lingkungan alam: lingkungan ini bersifat klimatologis, geografis dan keadaan tanah. 2. Lingkungan sosial: lingkungan ini dibagi dua yaitu sosial keluarga dan masyarakat. Naturalisme, Teori, Implikasi, dan Aplikasi Jhon S. Brubacher, seorang Professor di bidang Sejarah dan Filsafat Pendidikan dari Universitas Yale Amerika Serikat dalam bukunya 8220 A History of the Problems of Education 8221 menyebutkan bahwa persoalan-persoalan pendidikan sudah sejak dahulu kala telah memiliki keterikatan yang sangat erat ( closely inter-related ) dengan persoalan-persoalan filsafat Banyak hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki keterikatan dengan filsafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian manusia sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya menjangkau kawasan paling ideal dan baik seperti mandiri dan berguna (UU No. 20 Tahun 2003), dewasa (Langevel), atau insan kamil (Atiyah al-Abrasy). Formulasi tujuan pendidikan merupakan persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini juga kemudian lahir aliran-aliran pemikiran dalam filsafat pendidikan. Salah satu di antara beberapa aliran filsafat pendidikan tersebut adalah Naturalisme. Apa saja pemikiran filsafat Naturalisme di bidang pendidikan Lantas Bagaimana mengpalikasikan pemikiran filsafat Naturalisme tersebut dalam pendidikan Islam Dua pertanyaan ini layak dialamatkan kepada aliran filsafat pendidikan ini. B. Percikan Pemikiran Naturalisme Aliran filsafat pendidikan Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa 8220 Learned heavily on the knowledge reported by man8217s sense 8221. Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar yaitu Realisme, Empirisme dan Rasionalisme. Semua penganut Naturalisme merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua penganut Realisme merupakan penganut Naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa Realisme merupakan anak dari Naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran Realisme sejalan dengan Naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Filsuf yang pertama kali memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme adalah Johan Amos Comenius (159282111670). Sebagai pendeta Protestan sekaligus paedagog, ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sekedar untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. Dalam pendidikan dan pengajaran, Comenius menggunakan hukum8211hukum alam sebagai contoh yang senantiasa tertib dan teratur. Hukum alam memiliki ciri sebagai berikut. 1. Segalanya berkembang dari alam 2. Perkembangan alam serba teratur, tidak meloncat8211loncat melainkan terjadi secara bertahap. 3. Alam, berkembang tidak tergesa8211gesa melainkan menunggu waktu yang tepat, sambil mengadakan persiapan. Dalam bukunya yang berjudul Didagtica Magna ( The Great Didactic ) ia berkomentar, If we wish to find a remedy for the defects of nature, it is in nature herself that we must look for it. Since it is certain that art can do nothing unless it imitates nature. Dalam proses pendidikan, seperti pendahulunya Wolfgang Ratke, Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. Alam berkembang dengan teratur dan menurut aturan waktu tertentu. Tidak pernah terjadi dalam perkembangan alam, seekor kupu-kupu tiba-tiba dapat terbang tanpa terlebih dahulu mengalami proses perkembangan mulai dari ulat menjadi kepompong dan seterusnya berubah menjadi kupu-kupu. Begitu juga perkembangan alam yang lain, buah apapun di dunia, selalu bermula dari bunga. Tidak pernah terjadi lompatan tiba-tiba sebatang pohon mangga mengeluarkan buah mangga tanpa sebelumnya didahului oleh munculnya bunga mangga. Apabila pendidikan menganut aliran ini, maka setiap proses pendidikan hendaknya mengikuti pola tadarruj (bertahap) sesuai dengan perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan psikis peserta didik. Perkembangan yang tertjadi di alam merupakan cermin bagi manusia untuk bertafakur dan bertadabbur . Tidak pernah terjadi dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk yang ada di alam menyimpang dari potensi yang dimilikinya. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing. Thomas Armstrong barangkali merupakan pakar pendidikan yang dapat mengelaborasi dengan baik pembelajaran dengan cara bertahap dan sesuai dengan perkembangan alam. Dalam In Their Own Way Asmtrong mendiskripsikan dengan sangat baik bagaimana sebuah sekolah yang inging dibangun oleh para binatang besar untuk binatang kecil di dalam hutan. Sejak awal para binatang besar bingung menentukan materi ajar terpenting yang akan dipakai di sekolah tersebut, meskipun pada akhirnya disepakati bahwa semua binatang kecil harus mengikuti materi ajar yang diberlakukan, yaitu berlari, berenang, terbang, memanjat, dan menggali. Semula sekolah tersebut penuh keceriaan dan menyenangkan. Namun pada hari-hari berikutnya persoalan mulai muncul ketika Kelinci yang memiliki potensi alamiyah dan jago dalam berlari harus mengikuti materi pelajaran renang. Hampir saja si Kelinci tenggelam. Malu bercampur haru menjadi satu dalam diri Kelinci dan pada akhirnya Kelinci pun minder pada binatang lain, terutama pada ikan. Ia berusaha sedemikian rupa agar bisa berenang, sehingga tidak pernah lagi dapat berlari secepat sebelumnya. Potensi berlari yang merupakan kemampuan alami utamanya terlupakan dan menjadi 8220loyo8221 akibat kebanyakan mengikuti les renang. Problem yang sama dialami juga oleh binatang yang lain, tidak terkecuali oleh burung Elang yang jago terbang. Ketika burung Elang mengikuti materi pelajaran menggali, ia tidak mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh binatang besar sebagai gurunya. Elang pun sedih, karena nilai raportnya merah dan harus mengulang materi pelajaran menggali. Pelajaran menggali rupanya menyita waktu Elang, sehingga ia lupa cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasai dan menjadi potensin alamnya yang menonjol. Semakin hari sekolah tersebut bukan menjadikan binatang kecil semakin mahir dalam mengembangkan potensi alamiyah dan bakat masing-masing, tetapi justru mengileminir potensi dan bakat beberapa binatang yang mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena para binatang kecil dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai potensi, sifat dan bakat alami mereka. Pemikiran kritis seperti ini diangkat sedemikian rupa oleh Asmtrong dengan baik agar dalam pendidikan segalanya dapat berkembang sesuai dengan potensi dan bakat masing-masing yang telah diberikan oleh alam. Dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari metode belajar Naturalistik. Baik Comenius maupun pendahulunya Wolfgang Ratke menekankan pentingnya pengalaman pemahaman tentang sesuatu. Seperti yang disarankan oleh Wolfgang Ratke pada para guru. Guru, kata Ratke pertamakali hendaknya mengenalkan benda kepada anak lebih dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci ( exposition ) tentang benda tersebut. Sedang Comenius menasehatkan kepada para guru bahwa sesuatu itu harus digambarkan dengan simbol secara bersama8211sama. ( Thing and symbol should accompany each other ). Dalam mempresentasikan gagasan ini Comenius menulis sebuah buku berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam Gambar). Naturalisme di bidang pendidikan juga dielaborasi oleh kerangka pemikiran John Locke (163282111704) dalam buku Essay Concerning Human Understanding . Ia mengemukakan bahwa teori dalam jiwa diperoleh dari pengalaman nyata. Dalam formulasi redaksi yang berbeda dengan maksud yang sama John Locke mengatakan bahwa, tidak ada sesuatu dalam jiwa tanpa melalui indra. Kesimpulan lebih lanjut dari statement Locke adalah jiwa senantiasa kosong dan hanya terisi apabila ada pengalaman. Oleh karena alam merupakan spot power bagi pengisian jiwa, maka proses pendidikan harus mengikuti tata-tertib perkembangan alam. Kalau alam serba teratur, ia menghendaki pengajaranpun harus teratur. Mata pelajaran harus diajarkan secara berurutan ( sequence ). step by step dan tidak bersamaan, misalnya: membaca dulu sampai bisa, kemudian diikuti dengan pembelajaran menulis, demikian selanjutnya. Ide8211ide Locke tersebut berseberangan dengan pandangan Platonic Notion . yang mengatakan bahwa manusia itu lahir dengan ide (gagasan) pembawaan seperti ide tentang Tuhan, rasa tentang benar dan salah, kemampuan8211kemampuan logik tentang prinsip8211prinsip kontradiksi yang secara otomatis tanpa melalui belajar. Bagi Locke semua itu harus dipelajari melalui pemahaman. Oleh sebab itu, Locke berkata 8220baik buruknya anak (peserta didik) tergantung pada pendidiknya8221. Teori inilah yang kemudian melahirkan konsep Tabularasa atau Blanksheet dalam pendidikan. Dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Seperti yang dialami Copernicus, bahwa pemahaman kita akan menipu kita, apabila kita berfikir bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi, padahal sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari. Pendapat Copernicus di atas sangat berpengaruh pada abad ke 18, sehingga abad ini dikenal dengan sebutan abad rasio ( age of reason ) atau Rasionalisme. J. H. Pastolozzi seorang paedagog berkebangsaan Swiss merupakan orang yang pertamakali sukses dalam menempatkan antara teori dan praktek pendidikan menjadi satu kesatuan hukum8211hukum potensi manusia. Oleh sebab itu Pastolozzi berkata, pendidikan hendaknya dilaksanakan secara harmonis, yaitu yang meliputi berbagai segi dari hukum8211hukum potensi manusia ( multy purposes ), segi jasmani, kejiwaan, segi sosial, segi susila, dan segi agama. Dengan demikian tujuan pendiddikan adalah memimpin anak menjadi orang baik dengan jalan mengembangkan daya8211daya pada anak, karena pendidikan pada hakekatnya tidak lain daripada pemberian pertolongan, agar anak dapat menolong dirinya. Dalam bahasanya sendiri ia mengatakan pendiddikan adalah 8220Pertolongan untuk pertolongan diri8220 ( Hilfe zur Selbsthilte ). Demensi terakhir dari pemikiran naturalistik juga dikembangkan oleh Jean Jacques Rousseau berkebangsaan Prancis yang naturalis mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal dari tiga hal, yaitu alam, manusia dan barang. Bagi Rousseau seorang anak harus hidup dengan prinsip-prinsip alam semesta. Rousseau (1712 8211 1778) menghasilkan buku yang sangat monomental berjudul Emile Ou de L8217Education . Buku ini terdiri atas lima jilid dan merupakan buku roman pendidikan dengan pemeran utama Emile dan Sophie. Secara bertahap Rousseau menuangkan fikiran-fikirannya tentang pendidikan dalam buku ini. Jilid pertama berisi tentang perawatan jasmani peserta didik (Emile) yang dapat dilakukan sampai umur 7 tahun. Sementara jilid kedua berisi tentang pendidikan jasmani Emile. Jilid ketiga berisi tentang pendidikan intelek, jilid keempat mengupas pendidikan tentang pendidikan akhlak dan agama dan jilid terakhir atau kelima mengulas tentang pendidikan wanita dan kesusilaan. C. Implikasi Naturalisme di Bidang Pendidikan Fenomena menarik di bidang pendidikan saat ini adalah lahirnya berbagai model pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan pusat kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran tidak lagi dilakukan di dalam kelas yang dibatasi oleh ruang dan waktu an sich . tetapi lebih fokus pada pemanfaatan alam sebagai tempat dan sumber belajar. Belajar di dan dengan alam yang telah menyediakan beragam fasilitas dan tantangan bagi peserta didik akan sangat menyenangkan. Tinggal kemampuan kita bagaimana 8220mengekploirasi8221 sumber daya alam menjadi materi pelajaran yang sangat berguna. Dalam buku Quantum Learning Bobbi De Porter mengatakan 8220Dengan mengendalikan lingkungan Anda, Anda melakukan langkah efektif pertama untuk mengendalikan seluruh pengalaman belajar Anda8221. Bahkan sekiranya saya harus menyebutkan salah satu alasan mengapa program kami berhasil membuat orang belajar lebik baik, saya harus menyebutkan karena kami berusaha menciptakan lingkungan optimal, baik secara fisik maupun emosional. Bobbi De Porter juga yang pertama kali mengenalkan model pendidikan Quantum secara terprogram dengan nama Super Camp. Ia menjadikan alam sebagai tempat pembelajaran. Peserta didik dengan bebas 8220mengeksploirasi8221 apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan di alam. Guru menempatkan dirinya sebagai mitra peserta didik dalam berdiskusi menyelesaikan problem yang ditemukan di alam. Out put dari model pendidikan Quantum ini terbukti memiliki keuunggulan kompetitif lebih baik dibandingkan out put model pendidikan konvensional yang dilakukan di dalam kelas. Melalui Super Camp peserta didik lebih leluasa memanifestasikan subyektifitasnya yang sangat jarang ditemukan dalam praktik pendidikan konvensioal dalam kelas di sekolah. Jika di kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas guru, maka di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan hubungan yang akrab satu sama lain. Dari hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi hubungan emosional yang mendalam antara guru dengan peserta didiknya. Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang kondusif. Saat ini konsep back to nature tidak saja dikembangkan dalam pendidikan, tetapi juga dikembangkan dalam dunia kedokteran. Orang mulai melirik obat-obatan yang disediakan oleh alam, karena obat-obatan yang dihasilkan oleh dunia farmasi dan kini beredar terbukti memiliki side effect yang lain bagi kesehatan manusia. Barangkali inilah salah satu implikasi dari filsafat Naturalisme di luar bidang pendidikan saat ini. D. Aplikasi Naturalisme dalam Pendidikan Islam Al-Qur8217an berulang kali menyuruh bertafakur dan bertadabbur mengambil hikmah dari penciptaan makhluk-makhluk yang ada di jagad raya ( universe ) ini. Melalui tafakur dan tadabur terhadap ciptaan Tuhan di jagad raya, manusia akan mengenal tempatnya dengan baik di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Pengenalan terhadap posisi manusia di antara makhluk-makhluk-Nya ini yang oleh Muhammad Fadil al-Jamali dimasukkan sebagai salah satu tujuan pendidikan dalam Islam. Dalam perspektif Al-Qur8217an, alam diciptakan untuk manusia dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelolah dan memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya. Tugas ini merupakan bagian dari bentuk pengabdian manusia sebagai khalifah kepada penciptanya. Agar dapat mengolah dan memakmurkan alam, manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini. Apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran. Dalam surah Ali Imran (3) ayat 190 8211 191 Allah berfirman: Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau sedang berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi82308221 (Q. S. Ali Imran (3). 190-191) Langit, bumi, siang dan malam disebut sebagai tanda-tanda atau ayat-ayatNya. Begitu juga apa saja yang ada di alam merupakan tanda-tanda akan kekuasaan dan adanya Allah. Untuk mengenal Allah sebagai pemilik alam, jalan yang paling dekat adalah dengan mempelajari tanda-tanda Allah di alam tersebut. Syekh Makarim al-Syirazi dalam tafsir al-Amtsal ketika menafsirkan kalimat rabbul 8216alamin mengatakan bahwa rububiyatullah thariqun li ma8217rifatillah . Salah satu jalan untuk mengenal Allah adalah dengan memperhatikan (mempelajari) bagaimana Allah menciptakan dan memelihara alam semesta. Allah mendidik manusia agar mempelajari bagaimana Allah menciptakan dan memelihara makhluk-makhlukNya yang bertebaran di jagat raya ini. Studi terhadap makhluk-makhluk Allah di jagat raya ( universe ) ini telah terbukti mampu melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang ada saat ini. Dalam konteks aliran filsafat pendidikan Naturalisme, pengenalan siswa secara langsung terhadap alam dengan berbagai bentuknya, akan melahirkan pemahaman yang jauh lebih baik terhadap obyek yang dipelajari dari pada membaca buku di dalam kelas. Pandangan yang ada bersamaan dengan nativisme adala aliran naturlisme yang dipelopori oleh J. J Rousseau (1712 8211 1778) seorang filsuf bangsa Perancis dengan aliran Naturalismenya. Ia berpedapat dalam bukunya emile. bahwa 8220semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia.8221 Berbeda dengan shopenhaner, JJ Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik dan tidak satupun dengan pembawan yang buruk. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. JJ. Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan oleh seorang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut aliran negativisme. Karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak didik diserahkan saja pada alam. Dengan kata lain, pendidikan tidak diperlukan, yang disalahkan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawan baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. JJ. Rousseau ngin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat. Sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiyah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Mengusulakn adanya permainan bebas pada anak didik yaitu untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan, dan kecenderungan. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkebangan anak, karena hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke arah yang mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalisme yan menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan semakin lama semakin diperlukan. Tugas Individu. Pengantar Pendidikan NIM. 10536 03860 10 Naturalisme adalah posisi filosofil yang menyatakan bahwa semua yang ada adalah alam dengan kata lain, merupakan bagian dari spatio-proses temporal alam-atau, bahwa jika ada semacam objek nonnatural munkin ada diketahui hanya melalui dampaknya dalam alam. Segala sesuatu yang bisa dialami adalah dalam sptio-urutan temporer alam. Sebagai sistem temporer alam, alam memilik tingkat keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak dapat djelaskan secara keseluruhan. Nilai-nilai moral, bagaimanapun, mungkin muncul dalam hubungan antar manusia sebagai salah satu bagian dari alam dan sisanya dari alam. Sebagai bagian dari alam, manui tunduk pada proses alami yang sah, intelijen munculdari kehidupan aktif dari organisme dalam alam. Perbedaan pandangan yang diadakan dalam naturalisme mengenai umum dari alam, yaitu 1. Naturalisme Reduksionistik Yang didominasi selama 17, 18, dan 19 abad, menyatakan bahwa semua benda alam direduksi untuk objek yang ditandai dengan ilmu fisik nature. Alam merupakan sistem yang ditentukan, dan manusia sebagai bagian dari alam yang ditentukan. 2. Naturalisme Kontemporer Menyatakan bahwa, semua benda yang berpengalaman dan kualitas sama-sama nyata dalam alam. Sebagai bgian dari alam, manusia nyata spontanitas dan kebebasan. Metode ilmiah sebagai metode penyelidik alam adalah cara menangani setiap konten yang menyatakan dirinya di dalam alam. Anak merupakan objek utama dari pendidikan dan di dalam anak mempunyai pembawaan yang di ebut bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut 1. Aliran Nativisme Perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya. 2. Aliran Naturalisme (JJ Rousseu) Anak itu lahir sesuai dengan alamnya sendiri. 3. Aliran PredestinasiPredeterminasi Perkembangan anak ditentukan oleh nasibnya. Sedangkan aliran tentang lingkungan berperan pada perkembangan adalah sebagai berikut a. Teori Tabularasa (John Lock) 8220Anak dilahirkan dalam keadaan bersih, tidak ada pembawaan apa-apa seperti sehelai kertas yang masih kosong.8221 8220Manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan, oleh karena itu berarti bahwa pendidikan sanggup membuat yang bagaimana saja.8221 Menurut Wilhelm yang terkenal dengan teori konvergensinya 8220perkembangan anak itu tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya saja dan juga tidak lingkungannya saja. Aspek perkembangan anak sejak ia dibentuk hingga mencapai kedewsaan diantaranya perkembangan motorik, ingatan, pengamatan, dan inovasi perkembangan berpikir dan kepribadian serta kedewasaan. Dalam suatu pendidikan terdapat pula suatu lingkungan yang biasa kita sebut 8220Tri Pusat Pendidikan8221, yaitu 183 Lingkungan keluarga. merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluargalah seorang anak pertama-tama mendapatkan pendidikan. 183 Lingkungan sekolah. merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga dan merupakan lanjutan pendidikan dalam keluarga serta merupakan jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan keluarga dan masyarakat. 183 Lingkungan masyarakat. apabila anak tidak di bawah pengawasan orang tua dan anggota keluarga serta tidak di bawah pengawasan guru dan petugas sekolah yang lain. Lingkungan ini tidak berperan dalam mendidik hanya memberi pengaruh. Selain yang di atas, dapat pula dibedakan Lingkungan alam. lingkungan yang bersifat klimaologis, gografis, dan keadaan tanah. Dan lingkungan sosial. lingkungan yang i bagi atas 2, yakni sosial keluarga dan masyarakat. Tugas Individu. Pengantar Pendidikan

Comments

Popular posts from this blog

Gann Square Of 9 Calculator Forex Converter

Uitableviewcell Show Disclosure Indicator Forex

Oanda Forex Ranking De Pares